Selasa, 24 November 2009

PETA WISATA

Objek Wisata Cisungsang





Cisungsang adalah sebuah perkampungan yang terletak di Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak sekitar 165 km dari Ibukota Rangkasbitung ke arah Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi berpenduduk 3.304 jiwa dari 960 kepala keluarga dengan luas areal 28 km² bermata pencaharian 85 % bidang pertanian.

Batas – batas wilayah yang mencakup Desa Cisungsang tersebut adalah :
  • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kujang Sari

  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cikadu

  • Sebelah Barat berbatasan dengan Cisusul, Hegarmanah dan Desa Kujangjaya

  • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Situmulya dan Kabupaten Sukabumi



Kehidupan masyarakat setempat dalam adat istiadat menyerahkan segala keputusannya kepada yang dianggap sesepuh adat yang disebut sebagai Kasepuhan masyarakat dan dikenal sebagai ABAH / OLOT.


Peranan ABAH / OLOT ini sebagai Kasepuhan sangat menentukan, sehingga tidak seorang pun diantara mereka yang berani menentang atau menyanggahnya.


Salah satu keputusan adat yang tidak boleh disanggahnya tersebut, diantaranya adalah tata cara pertanian dari mempersiapkan benih, lahan yang akan digarap, waktu pwlaksanaan penggarapan, panenan sampai dengan syukuran tani semuanya diatur dengan keputusan Kasepuhan.


Seren Tahun


Seren Tahun adalah upacara tradisional yang diadakan satu tahun sekali diakhir tahun yang berarti menyerahkan hasil bumi berupa padi dalam kurun waktu satu tahun kepada Sesepuh Adat untuk disimpan dalam Lumbung Kasepuhan / kaolotan untuk dipergunakan kembali bagi kepentingan rakyat seperti bibit dan untuk menanggulangi kebutuhan masyarakat ketika musim paceklik.


Sekitar 2 atau 3 minggu sebelim pelaksanaan Seren Tahun, biasanya masyarakat Kaolotan Cisungsang berkumpul untuk bermusyawarah yang membahas antara lain tentang hari baik pelaksanaan upacara dan biaya penyelenggaraannya sekaligus mengevaluasi kegiatan tahun lalu, pembentukan panitia dan menyusun rencana kegiatan untuk tahun depan.


Kemudian, para kokolot lembur anggota Kasepuhan yang tinggal diberbagai kampung yang masih dibawah naungan Kaolotan Cisungsang juga diundang untuk menghadiri acara Seren Tahun sehari sebelum pelaksanaannya harus sudah ada ditempat Kaolotan.


Apabila telah tiba waktunya, kegiatan ritual Seren Tahun dilaksanakan dimulai dengan meletakkan dan menyusun padi yang akan dimasukan kedalam Leuit (lumbung) Kaolotan dari Lantayan. Padi – padi tersebut barulah dimasukan kedalam Leuit melalui sebuah prosesi acara NGADIUKKEUN dengan iringan Dogdog Lojor Angklung dengan tembang – tembang klasik.

Proses NGADIUKKEUN padi dan wujud penghormatan terhadap Dewi Sri sebagai Dewi Padi inilah yang menjadi dasar utama pelaksanaan Seren Tahun yang berarti menyerahkan hasil padi ditahun ini kepada Sesepuh untuk disimpan di Lumbung Bersama yang disebut sebagai Leuit Tarekah dengan diawali pembacaan mantra – mantra dengan pembakaran kemenyan yang dilakukan oleh Dukun Pangampih diikuti para penghantar pembawa padi utama 3 orang perempuan yang sudah menopause (yang sudah tidak haid) dan 2 orang gadis pembawa padi, pemikul rengkong, beberapa orang pria membawa padi, pemain gondang dan pemain Toleat.

Ada 2 jenis Leuit (lumbung) yang terdapat diwilayah Cisungsang, yaitu : Leuit Induk yang disebut sebagai Leuit Kaolotan / Leuit Tarekah dan Leuit Masyarakat.

Fungsi Leuit Kaolotan bertujuan untuk mengatasi masalah ketersediaan padi terutama pada masa paceklik yang dapat dipinjam oleh masyarakatnya untuk kemudian dibayar pada masa panen berikutnya.

Tradisi ini diakhiri dengan memotong kerbau dan kambing secara bersama – sama ditempat terbuka atau ditempat Kasepuhan yang dirayakan dengan aneka ragam kesenian rakyat seperti : Dogdog Lojor, Wayang Golek, Ujungan, Ma Inang, Debus atau bahkan sampai dengan Pagelaran Orkes Melayu yang sengaja didatangkan dari luar Desa.

Seren Tahun biasanya dilaksanakan dari mulai malam Sabtu sampai dengan malam Selasa secara berturut – turut dengan puncak acara pada Minggu malam Senin seusai panen satiap tahunnya berpedoman pada Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan biasanya dilakukan pada bulan Syawal atau bulan Silih Mulud (bulan Islam Tahun Hijriyah) atau sekitar bulan Juni – Juli dengan rangkaian kegiatan yang meliputi :


  • Malam Sabtu, Mantun Nyoreang alam katukang yang berisikan membuka Riwayat Perjalanan Kehidupan pada Masa Kerajaan Pajajaran.

  • Hari Sabtu, prosesi penghantar padi yang baru dipanen dan telah disimpan di Lantayan untuk dimasukan kedalam Leuit (lumbung) yang disebut dengan NGADIUKKEUN.

  • Kemudian pada malam harinya (malam minggu) diisi dengan hiburan umum yang menampilkan aneka kesenian (Orkes Melayu, Topeng, Ubrug).

  • Hari Minggu pagi sampai dengan siang diisi dengan acara seremonial yang disaksikan para Pejabat Pemerintahan dari berbagai tingkatan dan penampilan atraksi – atraksi yang berbau magic, seperti Debus, Ma Inang, Ujungan dan lain lain sedangkan pada malam harinya diisi dengan Pagelaran Wayang Golek.

  • Pada hari Senin malam diisi dengan acara Rasulan yang bersifat Agamis dengan menghadirkan Mubalig untuk mempertajam keimanan masyarakat setempat khususnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar